Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$NamaUser
Filename: views/berita_view.php
Line Number: 218
Backtrace:
File: /home/stitmke1/public_html/application/views/berita_view.php
Line: 218
Function: _error_handler
File: /home/stitmke1/public_html/application/controllers/Berita.php
Line: 63
Function: view
File: /home/stitmke1/public_html/index.php
Line: 315
Function: require_once
Setidaknya terdapat 45.000 anak yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Tengah yang tidak sekolah atau putus sekolah. Permasalahan biaya atau ekonomi menjadi penyebab utama, mereka tak lagi mengenyam bangku pendidikan.
"Sekolah virtual ini merupakan solusi agar anak-anak miskin yang tidak sekolah, bisa tetap melanjutkan belajarnya dengan baik. Mereka yang ikut sekolah virtual ini semuanya gratis, kami berikan fasilitas berupa handphone dan juga beasiswa," jelas Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Padmaningrum, Selasa (13/10/2020).
Untuk sementara, pihaknya membuka sekolah virtual di dua tempat yakni SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu Boyolali. Ke depan, dinas pendidikan akan terus membuka sekolah virtual di daerah-daerah pelosok untuk menyasar warga tak mampu.
Padma menjelaskan, sistem sekolah virtual sama dengan sekolah reguler. Mereka yang menjadi siswa sekolah virtual juga akan tercatat dalam data Dapodik siswa. Mereka akan mendapatkan kurikulum yang sama, serta saat lulus juga mendapatkan ijazah yang diakui.
"Semuanya sama, dia masuk Dapodik siswa di sekolah yang mengampu itu. Prosesnya sama, lulusan juga berhak mendapat ijazah. Hanya saja metodenya sedikit berbeda, mereka banyak sekolah di dunia maya dan sesekali dilakukan tatap muka," tandasnya.
Sekolah virtual itu menjadi harapan baru bagi anak-anak dari keluarga miskin. Mereka mengaku bersyukur karena bisa melanjutkan sekolah untuk menggapai cita-cita.
"Kemarin tidak mendaftar SMA/SMK karena tidak punya biaya, bapak hanya petani yang penghasilannya tidak bisa diharapkan," kata Aprilia Lestari (15), salah satu siswa kelas virtual di SMAN 1 Kemusu Boyolali.
Hal senada disampaikan Yevi Nurfahmi (16), siswa sekolah virtual lain asal Brebes. Orangtua yang bekerja sebagai asisten rumah tangga, membuat harapannya untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi sempat pupus.
"Enggak daftar SMA karena faktor ekonomi, orangtua hanya bekerja sebagai ART. Senang sekali ada sekolah virtual ini, jadi saya bisa kembali sekolah. Saya ingin menjadi seorang penyanyi," ucapnya tulus.
Peresmian sekolah virtual itu dilakukan secara daring oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di ruang kerjanya. Hadir dalam acara itu sejumlah siswa yang mengikuti sekolah virtual beserta orangtua masing-masing.
KIRIM KOMENTAR